Kamis, 28 Oktober 2010

Hari Sumpah Pemuda


Yahh..sekedar iseng - iseng buat ucapan memperingati hari sumpah pemuda. Paling nggak, saya sekarang juga merasakan hasil perjuangan para pemuda-pemudi pra-kemerdekaan yang berupaya menyatukan bangsa dan negara ini. Selamat Hari Soempah Pemoeda, Untukmu Para Pewaris Negeri Sejati. Harapan Itu Masih Ada...

Rabu, 27 Oktober 2010

Ketika Sakit (bukan) Jadi Halangan....



Tak ada yang istimewa dalam sepekan terakhir kecuali karna sakitku yang membuat tubuh ini harus kembali berbaring di kasur. Awalnya sempat khawatir mengingat kondisi fisik yang sudah sangat lemah dan gejala sakit yang mirip dengan penyakit hepatitis (penyakit yang membuatku harus 8 hari diopname). Bagaimana tidak, nafsu makanku sudah terlanjur sulit, sekujur kaki pun terasa pegal, perutku sakit dan suhu badanku panas. Dan yang paling membuatku cemas adalah tenagaku yang terasa sudah hampir habis untuk bergerak. Inisiatif cepat kuambil untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan dengan pergi ke dokter penyakit dalam di Klinik YK Madixx. Perjalanan menuju Palembang dengan menggunakan sepeda motor bersama kawan serumahku arif kami tempuh malam hari itu juga. Sambil merasakan perjalanan yang terasa berat bagiku itu, aku pun menghubungi kawan lain yang ia seorang (calon) dokter, makbruri namanya. Kuminta ia untuk mengantar kami ke YK Madixx karna memang kami tidak tahu lokasi persisnya dimana. Tapi karna satu dan lain hal ia urung unutk bisa menemani, beruntung lokasi klinik itu cukup jelas dalam penglihatan mata sehingga kami pun menemukannya dengan mudah. Sampai disana, antrian pun seperti jadi halangan. Dan ketika saatnya tiba aku diperiksa seorang dokter spesialis penyakit dalam. Kukira aku bisa untuk dengan mudah berbicara tentang kondisi kesehatanku dengan dokter yang satu ini, tapi seakan tersinggung dengan niatku yang ingin segera dilakukan pemeriksaan darah dan urine saja ia pun berkata "Kalo pasien yang minta dokternya ga ada kerjaan donk, jadi biarlah dokter yang nentukan semuanya". Hmmm... dalam niatku ingin membantu supaya kerja dokter lebih cepat, eh malah sikap sang dokter seperti itu. Okelah akhirnya aku pun diperiksa darah dan urine di laboratorium sampai kurang lebih 30 menit lamanya aku menunggu. Sampai akhirnya hasil lab itu pun keluar, aku masih berharap agar semuanya baik2 saja. Sebelum kembali ke ruangan dokter itu lagi, aku pun penasaran dengan hasilnya. Dan ternyata, alhamdulillah memang hasilnya normal. Dokter pun mengatakan hal yang sama kepadaku. Tapi yang membuatku agak geleng2 kepala adalah total biaya yang harus kukeluarkan dari pengobatan itu adalah sebesar 430 ribu, resep obatnya pun hanya diberi vitamin seharga 77 ribu. Huhft... Nasib2..Untunk ada arif yang waktu itu juga masih ada cadangan uang sehingga harus pinjam dulu. 
Selesai berobat aku pun meluncur menuju ke Lemabang, tempatku biasa singgah ketika di Palembang. Aku pun memutuskan istirahat disana dengan kondisi badan yang masih belum sembuh. Dan ternyata benar, setelah keesokan harinya tubuhku makin sakit sehingga harus seharian tidur2an tanpa banyak aktivitas berdiri. 3 hari berada disana kondisi kesehatanku mulai pulih, dibantu kawan2 yang terus menjaga dan memeperhatikan kesehatanku. Dan sorenya kuputuskan untuk kembali ke Inderalaya, kali ini bersama Dani yang kebetulan punya urusan disana. 
Kini kondisi tubuhku memang belum 100% fit, tapi lagi-lagi aktivitasku yang padat mau tidak mau harus kembali dijalani. Memang agak selektif dan cenderung membagi tugas dengan kawan-kawan lain sehingga amanah yang sedang diemban bisa terselesaikan dengan baik.
Perjuangan itu butuh kesungguhan kawan, andaikan sakit dijadikan alasan maka kita tidak akan bisa merasakan manisnya hasil seperti yang lain...

Sabtu, 02 Oktober 2010

Alangkah Ngerinya Negeri Ini....

Indonesia adalah surga bagi penduduknya yang ramah, murah senyum, tenggang rasa dan suka menolong. Kalimat itulah yang selalu disampaikan oleh guruku ketika masih sekolah dulu. Prinsip hidup masyarakatnya yang tertuang dalam pancasila terutama sila kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi jaminan tersendiri bahwa bangsa ini menjunjung tinggi kehidupan sosial yang santun dan bertata krama. Banyak hal memang yang menunjukkan bahwa kultur kehidupan masyarakat telah mengakar dalam tradisi ketimuran yang terjaga. Misalnya saja dalam hal interaksi personal dalam keluarga maupun masyarakat, dimana kita harus menghormati  orang yang lebih tua. Bahkan biasanya diwujudkan dalam bentuk cium tangan atau berkata-kata dengan sopan.
Perkembangan zaman seakan mengikis nilai-nilai kekeluargaan dalam masyarakat, sikap individualis, materialis dan emosional menjadi warna baru bagi kehidupan masyarakat. Selain di kota, wabah ini seakan menjamur juga hingga ke pelosok desa. Mudahnya akses informasi ditambah makin banyak intensitas migrasi warga desa ke kota dan sebaliknya membawa dampak negatif secara horizontal. 
Dalam beberapa pekan terakhir, media - media gencar memeberitakan berbagai bentrok warga terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Walaupun berita mengenai bentrok bukanlah hal baru di negeri ini, tapi hal ini